Detail Repositori

Abstrak
Pembangunan pendidikan sementara ini, lebih fokus pada kecerdasan intelektual (hard skill) daripada kecerdasan lainnya (sof skill). Luthfiyah Nurlaela dalam Srikit ( 2011: 35) menyatakan bahwa aspek karakter dalam proses pembelajaran seringkali dikesampingkan. Karakter lebih sering dianggap sebagai efek pengiring (nurturant effets) bukan efek pembelajaran (instructional effect). Kondisi ini cendrung menghasilkan insan-insan yang egoistis, superior dan kurang humanities, sehingga mereka kurang berhasil dalam kehidupannya. Pendidikan karakter yang merupakan soft skill, adalah proses tuntunan kepada anak didik agar menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga serta rasa dan karsa. Karakter individu dimaknai sebagai hasil keterpaduan antar olah hati, olah pikir, olah raga, dan perpaduan olah rasa dan karsa. Melalui pendidikan karakter, diharapkan peserta didik memiliki karakter yang baik, seperti jujur, bertanggungjawab, cerdas, bersih dan sehat, peduli serta kreatif. Pendidikan karakter disesuaikan dengan budaya bangsa, yang mengandung nilai-nilai universal yang dijunjung tinggi oleh seluruh agama, suku, tradisi dan budaya. Ada 18 nilai karakter bangsa yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerjakeras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggungjawab. Prosesnya tidak semata-mata dilakukan melalui serangkaian pendidikan formal saja, tetapi juga melalui pembiasaan (habituasi) dalam kehidupan seperti berceritra, melaksanakan tradisi-tradisi ritual yang telah diyakini oleh masyarakat setempat,sehingga masyarakat tidak hanya mengetahui tentang hal-hal yang benar dan salah, akan tetapi dibiasakan mampu merasakan, menghayati nilai- nilai yang terdapat dalam ceritra maupun tradisi-tradisi ritual yang dilaksanakan dalam masyarakat, mulai dari dirinya sendiri, keluarga, sampai lingkungan yang lebih luas (masyarakat). Fenomena yang terjadi di Desa Pakraman Peninjoan, Peguyangan Kangin, Kecamatan Denpasar Utara adalah adanya aktivitas masyarakat dalam sebuah tradisi sebagai pelaksanaan ajaran agama Hindu yang dikenal dengan upacara mebhawa. Upacara ini dilakukan dalam kaitannya dengan Upacara yadnya kecuali upacara Rsi yadnya. Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahannya yaitu: (1) mengapa masyarakat Peninjoan melaksanakan upacara mebhawa ? (2) apa fungsi upacara mebhawa dalam kaitannya dengan upacara yadnya di Desa Peninjoan ?. (3) nilai-nilai pendidikan karakter apasajakah yang terdapat dalam upacara mebhawa di Desa Peninjoan ?. Dalam membedah permasalahan di atas,maka teori yang digunakan adalah teori relegi, teori fungsional struktural dan teori nilai. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah: observasi, wawancara, studi pustaka dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis datanya adalah deskritif kualitatif. Hasil yang diproleh dari penelitian ini adalah:(1)Pelaksanaannya berdasarkan kepercayaan masyarakat secara tulus ikhlas dan berdasarkan tradisi yang masih kuat diyakini oleh masyarakatnya. (2) Fungsi Upacara Mebhawa adalah fungsi sosial, fungsi religius, fungsi keharmonisan, dan fungsi pendidikan.. (3) Nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam Upacara Mebhawa adalah nilai religius, nilai kejujuran, nilai kreatif, nilai disiplin, dan nilai persahabatan/ komunikatif.

Keywords
pendidikan karakter, upacara mebhawa

Jenis Repostori
Penelitian
Nama Jurnal

ISSN
Tanggal Terbit
05 January 2017

Volume
0
ISSUE
0

File Repository
Download File Repository