Abstrak
Pluralisme agama sering masih diterima sebagai pluralisme de facto, yaitu suatu bentuk pengakuan pluralisme yang hanya sementara, yang masih menggunakan pendekatan di mana semua agama dan semua manusia secara bertahap akan menemukan kebenaran agamanya dan mengikutinya. Pemahaman pluralisme seperti ini masih inklusivistis, dalam arti tidak menghargai kekhasan dan nilai-nilai agama lain, tetapi mencoba menganeksasi secara halus dengan menggunakan konsep global dan kategori-kategori agamanya. Pluralisme semacam ini sangat rentan dengan ketegangan dan kontlik, karena konsep itu hanya menangguhkan suatu bentuk kompetisi dalam masalah superioritas agama, tetapi tidak memecahkan masalah. Pluralisme agama yang hanya didasarkan pada keharusan untuk rukun dalam menghadapi kenyataan hidup yang plural belum mencukupi, karena posisinya masih inklusivistis. Posisi semacam ini mengganggap bahwa satu agama adalah benar. Tetapi agama-agama lain juga memiliki jalannya sendiri untuk ambil bagian dalam kebenaran agama yang satu itu. Jadi, toleransi tampak hanya sebagai bentuk penaklukan dengan mengintrasikan ke dalam agamanya melalui relativisasi dan hilangnya identitas.
Pluralisme agama sering masih diterima sebagai pluralisme de facto, yaitu suatu bentuk pengakuan pluralisme yang hanya sementara, yang masih menggunakan pendekatan di mana semua agama dan semua manusia secara bertahap akan menemukan kebenaran agamanya dan mengikutinya. Pemahaman pluralisme seperti ini masih inklusivistis, dalam arti tidak menghargai kekhasan dan nilai-nilai agama lain, tetapi mencoba menganeksasi secara halus dengan menggunakan konsep global dan kategori-kategori agamanya. Pluralisme semacam ini sangat rentan dengan ketegangan dan kontlik, karena konsep itu hanya menangguhkan suatu bentuk kompetisi dalam masalah superioritas agama, tetapi tidak memecahkan masalah. Pluralisme agama yang hanya didasarkan pada keharusan untuk rukun dalam menghadapi kenyataan hidup yang plural belum mencukupi, karena posisinya masih inklusivistis. Posisi semacam ini mengganggap bahwa satu agama adalah benar. Tetapi agama-agama lain juga memiliki jalannya sendiri untuk ambil bagian dalam kebenaran agama yang satu itu. Jadi, toleransi tampak hanya sebagai bentuk penaklukan dengan mengintrasikan ke dalam agamanya melalui relativisasi dan hilangnya identitas.
Keywords
Pluralisme, Agama, globalisasi
Pluralisme, Agama, globalisasi
Jenis Repostori
Prosiding
Prosiding
Nama Jurnal
ISSN
Tanggal Terbit
07 January 2017
07 January 2017
Volume
0
0
ISSUE
0
0
File Repository
Download File Repository
Download File Repository