Detail Repositori

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh respon yang beragam atas rilis Badan Peradilan Agama yang menyatakan bahwa pada 2014 telah terjadi kenaikan signifikan perceraian dikalangan umat Islam. Dalam rentang empat tahun (2010-2014), dari 2 juta pasangan yang mencatatkan perkawinannya, hampir 300.000 atau sekitar 15% mengakhirinya di Pengadilan Agama. Yang mengejutkan, dari perceraian tersebut, 70% dilakukan oleh perempuan, selebihnya cerai talak. Badan Peradilan Agama juga merilis beberapa daerah yang angka cerai gugatnya sangat tinggi. Namun penelitian yang dilakukan di Kota Ambon menyisakan pertanyaan apakah cerai gugat juga sangat tinggi? Dugaan ini didasarkan atas Ambon bukan daerah mainstream yang angka cerai gugatnya tinggi, masih memiliki adat istiadat yang kuat dan masih traumatic dari konflik berkepanjangan. Untuk dapat menggali permasalahan, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui teknik wawancara, observasi dan focus group discussion. Terinspirasi dari konsep triad dialektika dan antropologi feminisme sebagai kerangka kerja, penelitian ini berhasil memperlihatkan bahwa tren cerai gugat juga sedang melanda Kota Ambon. Kesimpulan penelitian, yaitu pertama, kekerasan fisik dan non fisik, serta runtuhnya nilai-nilai agama dalam perkawinan mendorong perempuan berani menggugat cerai. Kedua, respon struktur sosial, terutama pemerintah dalam hal ini Pengadilan Agama dan Kantor Urusan Agama sangat lemah, dan Ketiga, pranata-pranata adat, seperti tiga batu tungku dan saudara kawin mulai terabaikan, padahal institusi ini jika dimafatkan dapat menjadi media pembimbingan bagi keluarga untuk melestarikan perkawinan.

Keywords
antropologi feminisme, tren cerai gugat, perempuan, struktur sosial, pranata adat

Jenis Repostori
Jurnal
Nama Jurnal

ISSN
ISSN 1412-663X Terakreditasi LIPI Nomor 608/AU3/P2MI-LIPI/03/2015
Tanggal Terbit
16 March 2017

Volume
ISSUE

Link File
http://balitbangdiklat.kemenag.go.id/posting/kategori/62-Jurnal
File Repository
Download File Repository