Detail Repositori

Abstrak
Penelitian yang berjudul Eksistensi Nabe Istri Griya Pidada Klungkung dalam Upacara Diksa: Perspektif Teologi Feminis merupakan penelitian kualitatif dengan fokus penelitian pada perjuangan perempuan dalam meraih kedudukan sebagai guru nabe pada upacara diksa. Pada upacara tersebut dari ketiga guru yaitu guru waktra dan guru saksi, maka guru nabe memiliki kedudukan sentral karena beliau yang memiiliki kewenangan untuk napak calon diksita menjadi Pedanda . Griya Pidada Klungkung dipilih sebagai lokus penelitian karena sulinggih istri di Griya Pidada Klungkung ini sudah menjadi Nabe artinya beliau sudah napak calon diksita menjadi Sulinggih yang mana nanaknya tersebar di wilayah Bali sekita 17 orang. Selain itu, keluhuran di Griya ini pernah menjadi bhagawanta Raja di Puri Klungkung, Griya ini terkenal dalam kancah agama dan spiritual, dan sebagai keturunan Dang Hyang Nirartha, penelitian ini menjadi menarik karena Dang Hyang Nirarthalah sebagai peletak dasar pertama diksanisasi di Bali. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) bagaimana kedudukan nabe istri Griya Pidada Klungkung dalam upacara diksa?, 2) apa peran nabe istri Griya Pidada Klungkung dalam upacara diksa?, dan 3) bagaimana makna teologi feminis nabe istri Griya Pidada Klungkung dalam upacara diksa ? Dalam membedah permasalahan di atas digunakan teori religi, hegemoni, dan teori feminis postmodern. Dalam penelitian dengan jenis penelitian kualitatif ini, maka diri peneliti sendirilah yang menjadi instrumen utama, mengikuti asumsi-asumsi kultural disamping teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini menjadi penting karena perjuangan seorang sulinggih istri sampai bisa menjadi nabe tidak begitu saja dapat diraih karena kedudukan tersebut baru dapat diraih setelah sulinggih lanang lebar (meninggal) dan meneruskan apabila ada keberterimaan dari calon diksita untuk menerima kehadiran sulinggih istri untuk menginisiasi/ napak dalam upacara diksa. Untuk memeroleh kesetaraan itu, maka seorang nabe istri selain berlaku sebagai tapini adalah juga sebagai seorang pemuput upacara sebagaimana yang disebutkan dalam Veda dan susastra Hindu bahwa perempuan pun berhak sebagai pemimpin upacara. Nabe Istri pun memiliki peran dalam upacara diksa baik itu pada pradiksa, upacara diksa, dan pasca diksa. Nabe istri berjuang meraih kesetaraan jender dan memaknai ardanareswari sebagai konsep jender dalam Hindu.

Keywords
eksistensi, nabe istri, teologi feminis

Jenis Repostori
Penelitian
Nama Jurnal

ISSN
Tanggal Terbit
07 April 2020

Volume
ISSUE

File Repository
Download File Repository