Detail Repositori

Abstrak
Simpulan penelitian dapat dibaca melalui dua aspek. Pertama, aspek sosiologis yang menggambarkan bahwa masih terdapat stigma jika ada biaya tinggi di luar ketentuan diyakini sebagai tindakan menyimpang dari oknum KUA; modin secara tradisi dianggap lebih berperan ketimbang KUA; modin yang bukan PNS oleh masyarakat wajib diberikan insentif, sehingga terdapat semacam kepasrahan jika harus membayar lebih tinggi dari ketentuan; masih terdapat mindset bahwa masyarakat merasa lebih nyaman, efektif dan efisien melaksanakan pernikahan di luar kantor KUA meskipun mereka dalam kondisi ekonomi lemah serta menganggap perkawinan di kantor KUA tidak bergengsi karena dilakukan oleh mereka yang menikah di bawah umur, hamil di luar penikahan dan status janda/duda, dan masih kuatnya pandangan masyarakat yang menempatkan modin sebagai tokoh atau pemuka agama yang lebih dipercaya untuk mengurus pernikahan, sehingga ada legitimasi moral jika mereka diminta membayar lebih tinggi dianggap sebagai ketulusan tanpa balas. Kedua, aspek antropologis yang menggambarkan bahwa telah sangat lama para penghulu hidup nyaman dengan sumbangan yang diberikan secara sukarela oleh masyarakat, sehingga terdapat ketidak siapan ketika mekanisme pembayaran dan besaran honor (jasa profesi dan transport) tidak sesuai dengan keinginan, terlebih sejak pemberlakuan PP masih belum direalisasikan, dan berdasarkan pengalaman yang panjang, modin secara struktural telah menjadi dan dijadikan semacam broker, meski tidak semua modin dapat digeneralisasi dengan anggapan ini

Keywords

Jenis Repostori
Penelitian
Nama Jurnal

ISSN
Tanggal Terbit
07 April 2017

Volume
ISSUE

File Repository
Download File Repository